SMA Negeri 2 Tejakula merupakan sebuah institusi pendidikan menengah atas yang berlokasi di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Sekolah ini didirikan pada bulan Juli 2006 dan berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Singaraja. Dengan letak geografis yang berada di lingkungan asri, dekat dengan pantai, serta dikelilingi oleh perkebunan warga, suasana belajar yang tenang dan nyaman dapat dirasakan oleh para siswa.
Namun, di balik lingkungan yang kondusif tersebut, sejumlah permasalahan kompleks masih dihadapi, yang menuntut penanganan segera guna meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Beberapa di antaranya adalah:
- (1) Metode pengajaran yang hingga saat ini masih terlalu berpusat pada guru;
- (2) Proses pembelajaran di kelas sering kali tidak mendapatkan umpan balik yang memadai dari siswa; dan
- (3) Belum tersedia wadah yang mampu menampung umpan balik dan masukan dari siswa secara anonim, adil, dan akuntabel dalam proses pembelajaran.
Umpan balik dari siswa sangat dibutuhkan oleh penulis sebagai pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan tujuan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, inklusif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Melalui wadah tersebut, diharapkan tercipta dampak positif yang akan membantu rekan sejawat dalam membangun pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu, mendorong partisipasi aktif siswa dan memperbaiki metode pengajaran berdasarkan umpan balik yang akurat menjadi sangat penting demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif. Tanpa adanya mekanisme yang tepat, peningkatan kualitas pendidikan akan terhambat, sehingga upaya bersama diperlukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih nyaman dan dapat dinikmati oleh peserta didik maupun guru.
Tantangan yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya mencakup beberapa aspek krusial:
- (1) Belum tersedianya digitalisasi kegiatan sekolah melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) sekolah;
- (2) Belum tersedianya infrastruktur yang memadai untuk mendukung penerapan SIM; dan
- (3) Kurangnya kebiasaan di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan dalam memanfaatkan SIM.
Untuk menjawab tantangan-tantangan yang telah diidentifikasi sebelumnya, langkah pertama yang diperlukan adalah pengembangan sebuah sistem informasi manajemen sekolah yang komprehensif. Sistem ini nantinya akan berfungsi sebagai pusat pengelolaan berbagai kegiatan sekolah dengan beragam fitur yang dirancang untuk mempermudah operasional dan administrasi di lingkungan sekolah. Salah satu fitur utama yang harus dihadirkan dalam sistem ini adalah wadah bagi siswa untuk berekspresi dan menyampaikan pendapat mengenai proses pembelajaran yang mereka jalani. Fitur ini harus menjamin kerahasiaan identitas siswa, sehingga mereka dapat menyampaikan umpan balik dengan aman dan tanpa rasa khawatir. Dengan demikian, sistem ini tidak hanya memfasilitasi efisiensi dalam kegiatan sekolah, tetapi juga menciptakan ruang bagi partisipasi aktif siswa dalam evaluasi dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Konsep Bintang 5 diimplementasikan setelah melalui diskusi bersama rekan sejawat dan pemangku kepentingan di sekolah, sebagai model penilaian pembelajaran yang menyerupai sistem rating e-commerce, dengan skala 1 sampai 5. Siswa diberikan kebebasan untuk menilai seberapa menarik proses pembelajaran yang mereka terima, serta dapat memberikan komentar terkait pengalaman pembelajaran, baik secara anonim maupun terbuka. Sistem ini memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk memilih apakah mereka ingin memberikan penilaian atau tidak, tanpa adanya paksaan. Meskipun demikian, siswa tetap diharapkan berkomentar secara bertanggung jawab. Sistem secara otomatis menyaring komentar yang masuk, guna memastikan tidak ada penggunaan bahasa kasar atau konten yang mengandung unsur SARA, sehingga suasana penilaian tetap kondusif dan konstruktif. Pengajar dapat mengakses penilaian dan komentar siswa terkait pembelajaran yang telah dilakukan melalui data jurnal mengajar yang diisi sebelumnya. Pendekatan ini dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam memberikan umpan balik yang jujur dan bermakna, serta mendukung upaya peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan di sekolah.
Penerapan Konsep Bintang 5 dalam sistem penilaian pembelajaran mencerminkan prinsip-prinsip utama dalam kebijakan Merdeka Belajar, yaitu voice, choice, dan ownership. Melalui pendekatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk menyuarakan (voice) pendapat mereka mengenai pengalaman belajar. Dengan skala penilaian 1 hingga 5 dan pilihan untuk memberikan komentar secara terbuka atau anonim, siswa memiliki ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka secara jujur dan langsung terkait proses pembelajaran.
Selain itu, sistem ini juga menekankan pentingnya choice—kebebasan bagi siswa untuk memilih apakah mereka ingin berpartisipasi dalam proses penilaian atau tidak, tanpa adanya paksaan. Kebebasan ini memberikan kontrol penuh kepada siswa, yang mana hal tersebut sejalan dengan filosofi Merdeka Belajar, di mana setiap individu memiliki hak untuk menentukan bagaimana mereka belajar dan berkontribusi dalam lingkungan pendidikan mereka.
Terakhir, dengan memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada siswa dalam memberikan penilaian dan komentar, sistem ini mendukung rasa kepemilikan (ownership) atas proses pembelajaran mereka. Melalui penilaian ini, siswa tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga aktif dalam membentuk pengalaman belajar mereka dan turut berperan dalam peningkatan kualitas pengajaran. Ini memungkinkan siswa merasa lebih terlibat dan bertanggung jawab atas proses pembelajaran yang terjadi, sekaligus memberikan pengajar wawasan yang berharga untuk terus memperbaiki metode dan pendekatan mereka.
Fitur Asesmen Pembelajaran “Bintang 5” yang dikembangkan dalam platform SIMANDALA telah didiseminasikan kepada para pendidik di SMA Negeri 2 Tejakula sebagai bagian dari upaya memperkenalkan mekanisme refleksi yang inovatif atas proses pembelajaran di sekolah. Sosialisasi juga diberikan kepada siswa, di mana fitur ini diperkenalkan sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat, ide, dan masukan terkait proses pembelajaran yang mereka alami, dengan tetap menjamin kerahasiaan identitas mereka. Penerapan fitur ini menciptakan perubahan mendasar dalam paradigma evaluasi pembelajaran. Jika sebelumnya evaluasi didominasi oleh guru yang menilai pencapaian siswa, kini siswa memiliki kesempatan untuk menilai kualitas pengajaran yang mereka terima. Hal ini memungkinkan terciptanya hubungan yang lebih setara dan kolaboratif antara guru dan siswa.
Setelah sukses diimplementasikan di SMA Negeri 2 Tejakula, SIMANDALA berhasil menarik perhatian berbagai sekolah di Bali, yang kemudian melakukan kunjungan studi tiru guna melihat secara langsung penerapan sistem informasi manajemen ini dalam pengelolaan sekolah. Beberapa sekolah yang telah melakukan kunjungan antara lain SMA Negeri 4 Singaraja, SMK Negeri 1 Kubutambahan, dan SMA Negeri 1 Nusa Penida. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengadopsi inovasi digital yang ditawarkan SIMANDALA, sebagai langkah dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi manajemen sekolah mereka.
SIMANDALA menawarkan sejumlah fitur unggulan lain selain fitur utama pengelolaan pembelajaran yang juga menarik minat sekolah-sekolah lain untuk mengadopsinya. Di antaranya adalah fitur perpustakaan digital yang mempermudah akses siswa dan guru terhadap bahan bacaan secara online, e-voting (electronic voting) yang digunakan dalam pemilihan internal seperti ketua OSIS, SIPANTAS (Sistem Pencatatan Pelanggaran Siswa) yang mengelola catatan pelanggaran disiplin secara transparan dan terstruktur, buku tamu digital untuk pencatatan kunjungan ke sekolah, serta pengelolaan sarana dan prasarana (sarpras) yang membantu administrasi fasilitas sekolah secara lebih efisien.
Minat yang besar terhadap SIMANDALA telah diperlihatkan oleh sejumlah sekolah, yang secara aktif mengundang penulis untuk mendesiminasikan fitur-fitur sistem ini langsung di sekolah masing-masing. Sekolah-sekolah seperti SMA Negeri 1 Seririt, SMA Negeri 2 Busungbiu, SMA Negeri 1 Sawan, SMA Negeri 1 Kubutambahan, dan SMA Negeri 2 Abiansemal termasuk di antaranya. Ketertarikan ini mempertegas bahwa SIMANDALA bukan sekadar sebuah sistem informasi manajemen, tetapi juga sebuah inovasi pendidikan yang memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas pengelolaan sekolah serta proses pembelajaran. Hingga saat ini, SIMANDALA telah berhasil diadopsi dan dioperasikan oleh delapan sekolah di luar SMA Negeri 2 Tejakula sejak 6 Oktober 2023, menandai penyebaran manfaat yang lebih luas dan substansial dalam dunia pendidikan.
Kedepannya, SIMANDALA akan terus dikembangkan untuk dapat menjadi platform yang tidak hanya mendukung administrasi dan manajemen sekolah, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran yang interaktif, mendorong partisipasi siswa secara aktif, serta meningkatkan kualitas pengajaran melalui umpan balik yang terstruktur. Dengan demikian, SIMANDALA akan berusaha mengambil peran dalam mendukung terciptanya ekosistem pendidikan yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat upaya digitalisasi pendidikan di Indonesia.